CIREBON – Komisi III DPRD Kota Cirebon melakukan monitoring ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Larangan, Kecamatan Harjamukti, Selasa (7/10/2025).
Dalam kunjungan tersebut, Komisi III menyoroti satu hal penting yang perlu mendapat perhatian khusus, yakni persoalan pengelolaan limbah dari aktivitas dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Ketua Komisi III DPRD Kota Cirebon, Yusuf, M.Pd, mengatakan bahwa secara umum pelaksanaan program MBG di SPPG Larangan sudah berjalan baik dan sesuai standar. Namun, dirinya menegaskan bahwa isu lingkungan terutama terkait limbah, menjadi catatan utama dalam kunjungan kali ini.
“Secara teknis pengelolaan MBG sudah sesuai standar BGN. Tapi poin penting yang kami temukan di lapangan adalah soal limbah. Kami menerima aduan warga terkait bau tak sedap akibat saluran drainase yang tersumbat,” ujar Yusuf.
Yusuf menambahkan, persoalan limbah ini sudah dikomunikasikan dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) agar segera ditangani. Komisi III meminta agar sanitasi di setiap SPPG Kota Cirebon memenuhi standar lingkungan, sehingga tidak menimbulkan keluhan masyarakat sekitar.
“DLH harus memastikan sistem pembuangan limbah di setiap dapur MBG aman dan tidak mencemari lingkungan. Program bagus ini jangan sampai terganggu oleh masalah teknis seperti bau atau sanitasi,” tegasnya.
Meski menyoroti aspek limbah, Komisi III tetap memberikan apresiasi terhadap kinerja SPPG Larangan Harjamukti yang dinilai tertib dalam pengolahan, pengemasan, dan distribusi makanan bergizi untuk masyarakat.
Dalam kesempatan itu, anggota dewan juga meninjau langsung proses produksi hingga pengemasan makanan. Setiap hari, SPPG Larangan menyiapkan hampir 4.000 porsi makanan bergizi yang didistribusikan ke sekolah, posyandu, balita, dan ibu hamil.
“Program MBG ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kami ingin memastikan pelaksanaannya tidak hanya baik secara kualitas gizi, tapi juga ramah lingkungan,” tambah Yusuf.
Sementara itu, Kepala SPPG Larangan Harjamukti, Dean Saputra, menjelaskan pihaknya memiliki lima divisi utama: persiapan, pengolahan, pengemasan, distribusi, dan pencucian. Aktivitas memasak dimulai sejak pukul 01.00 dini hari hingga menjelang subuh, sebelum makanan dikirim ke berbagai titik penerima.
“Kami memastikan seluruh proses sesuai prosedur kesehatan dan keamanan pangan. Total distribusi setiap hari mencapai 3.911 porsi,” ujar Dean.
Dari hasil kunjungan tersebut, Komisi III menegaskan akan terus memantau pelaksanaan program MBG agar tetap tepat sasaran, higienis, dan tidak menimbulkan dampak lingkungan.***











