Kini Mereka Bisa Bantu Perekonomian Keluarga di Negeri Sendiri
Perjuangan orang tua memang tidak pernah mengenal lelah. Rela melakukan apa saja demi membahagiakan keluarga. Dilatarbelakangi keterbatasan ekonomi membuat orang tua banting tulang kerja keras untuk mencari nafkah.
Bahkan banyak ibu-ibu yang rela menjadi TKW atau pekerja migran Indonesia (PMI). Pergi keluar negeri untuk bekerja menjadi tantangan terberat bagi para ibu. Hal ini karena jauh dari sanak saudara dan keluarga.
Lantas menjadi PMI bukanlah sebuah impian selamanya. Seperti halnya yang dialami Nunung Nurliyanti ex PMI Arab Saudi. Nunung yang merupakan warga Desa/Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat ini bercerita, pulang ke-Indonesia dan bisa mandiri atau berdaya ekonomi merupakan sebuah harapan besar baginya, dan rekan-rekan sesama mantan (ex) PMI.
Dikatakannya, bekerja diluar negeri merupakan tantangan terbesar lantaran harus jauh dari keluarga, meski begitu ia jadikan motivasi agar kelak ia pun bisa mandiri dan tetap produktif tanpa harus menjadi PMI.
Singkat cerita, Nunung bersama para ibu-ibu ex PMI Indramayu dan ibu lanjut usia (Lansia) membentuk komunitas kelompok usaha perempuan berdaya (Kupera). Kupera ini bahu- membahu dan tolong- menolong untuk bisa berdaya, baik mencari informasi mengenai pelatihan usaha mikro kecil menengah (umkm), ataupun bantuan permodalan.
Beruntung, PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Balongan hadir dengan program Primadona (Pertanian Mangga Mandiri Inovatif Berkelanjutan).
Dimana, dalam program Primadona ini, salah satu fokus kegiatan ialah pada sentra olahan mangga. Kegiatan ini memberdayakan kelompok ibu-ibu purna imigran yang telah kembali ke desa dan lansia yang tergabung dalam Kupera.
PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Balongan melakukan pendampingan dan peningkatan kapasitas kelompok dalam pengolahan mangga menjadi produk olahan seperti dodol mangga, jus mangga, puree mangga, pancake mangga dan dried mango.
Menurut Nunung, produk-produk turunan mangga ini merupakan upaya melindungi para petani dari kerugian akibat fluktuasi harga saat panen dan kegagalan panen. Hasil panen mangga yang tidak lolos kualifikasi untuk dijual di supermarket, karena penurunan kualitas akibat perubahan iklim maupun serangan hama, tetap dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar diolah menjadi produk-produk tersebut.
“Kadang ada mangga yang kualitasnya kurang bagus karena serangan hama atau perubahan iklim. Mangga-mangga inilah kami olah menjadi cemilan, atau makanan ringan, tentunya dengan tetap menjaga kualitas atau rasa agar diterima baik oleh masyarakat,”ungkap Nunung kepada Dialog Indonesia.
PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Balongan berupaya mengintervensi inovasi teknologi pertanian dengan rekayasa iklim budidaya mangga di dalam greenhouse, diversifikasi produk turunan mangga yang dihasilkan untuk meningkatkan nilai tambah buah mangga serta pemanfaatan limbah kulit dan biji buah untuk pupuk organik.
“Selain kami diberi pelatihan pengolahan manga agar bernilai jual tinggi. Para bapak-bapak yang tergabung salam tani juga diberi pelatihan budidaya didalam greenhouse. Alhamdulillah dari ilmu dan pelatihan ini, umkm kami bernilai jual tinggi, produk kami dapat pesanan dari berbagai daerah di Indonesia, kemudian bisa mengikuti ajang pameran umkm bergengsi se- Indonesia,”ungkap Nunung.
Kini berkat pelatihan yang diberikan Pertamina, ia pun tak kembali lagi menjadi PMI, dan memilih menjadi pengusaha di negeri sendiri.
“Bersyukur bisa produktif, bisa bekerja dinegeri sendiri. Berkat pelatihan dari Pertamina, tentunya saya dan ibu- ibu Kupera dapat membantu perekonomian keluarga, bahkan dapat menguliahkan anak hingga ke perguruan tinggi,”katanya.
Senada dengan itu, Ketua Komunitas Salam Tani, Erwin Gunawan menyampaikan, program Primadona ditunjukkan dengan pelibatan kelompok petani konvensional sebagai upaya untuk mewujudkan proses transformasi sosial memasuki sistem pertanian modern. Hal ini juga dilandasi dengan meningkatnya kesadaran manusia akan pentingnya keseimbangan lingkungan, konsep pertanian organik muncul sebagai alternatif baru dalam sistem pertanian modern.
“Support dari Pertamina IT Balongan sangat membantu masyarakat baik dalam segi peningkatan SDM, fasilitas, sarana dan prasarana dan juga pemasaran,”jelas Erwin.
Komunitas tani ini dilatih praktik pertanian yang berorientasi pada hasil dan keseimbangan lingkungan. Dalam upaya meningkatkan produktivitas kelompok tani konvensional, PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Balongan menginisiasi metode pertanian tumpangsari kepada Kelompok Tani Harum Sari, Kelompok Tani Rukem dan Kelompok Tani Walik Jaya.
Konsep tumpangsari sendiri berfokus pada pemanfaatan optimal lahan dengan memadukan tanaman yang saling melengkapi dalam satu ekosistem.
Tanaman yang ideal untuk ditanam di antaranya pohon mangga, sayuran atau tanaman berumur pendek seperti kubis, sawi, bawang merah, wortel, buncis, kacang tanah, kedelai, buncis, kacang panjang, labu kuning, semangka, tomat, terong, cabai, ubi, dan tembakau.
“Saat ini, Kelompok Tani Harum Sari, Kelompok Tani Rukem dan Kelompok Tani Walik Jaya melakukan aktivitas budidaya mangga dengan metode tumpeng sari bersama tanaman tomat, cabai merah dan cabai hijau. Tentunya metode ini lebih efesien, lebih tahan hama, dan hasil panen lebih melimpah,”katanya.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relation & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian, Barat Eko Kristiawan menuturkan,
pihaknya terus berupaya melibatkan perempuan purna imigran dan lansia dalam kegiatan Sentra Olahan Mangga agar tetap produktif sekaligus mendapatkan tambahan pendapatan, sehingga tidak kembali lagi bekerja di luar daerah bahkan di luar negeri.
Seperti halnya, PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Balongan yang juga memfasilitasi wadah pemasaran produk-produk olahan mangga melalui stand UMKM GEMAYU (Gerobak Mangga Indramayu).
Dengan adanya kegiatan pengolahan produk mangga dan wadah pemasaran produk tersebut dapat meningkatkan penghasilan ibu-ibu Kupera.
Dimana, PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Balongan juga berupaya meningkatkan produktivitas Kupera dengan menginisiasi adanya inovasi produk olahan untuk memanfaatkan biji buah mangga menjadi tepung bebas gluten.
Tepung bebas gluten ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biskuit untuk dibagikan di Posyandu dalam mendukung program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk penanggulangan gizi buruk. Penanggulangan gizi buruk dan stunting sendiri merupakan salah satu prioritas dalam program unggulan Kabupaten Indramayu melalui pembentukan Tim Gesit (Gerakan Penurunan Stunting Indramayu Terpadu).
Biskuit bebas gluten ini merupakan salah satu tambahan makanan untuk pemenuhan nutrisi yang juga aman untuk dikonsumsi bagi anak penyandang gluten intoleran, celiac disease dan autism.
“Dengan pemanfaatan biji mangga sebagai bahan baku tepung bebas gluten, PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Balongan berhasil mendorong peningkatan produktivitas kelompok dengan mengoptimalkan pemanfaatan limbah buah mangga yang tidak bernilai menjadi produk dengan nilai tambah,” tutur Eko.*** (Nur Via Pahlawanita).