CIREBON – Globalisasi telah membuka pintu peluang, namun meningkatkan tekanan persaingan bagi tiap individu. Terlebih bagi generasi z atau Gen Z. Hal itu karena Gen Z tumbuh di era digital, sehingga mereka cenderung memiliki pemahaman dan keterampilan teknologi yang kuat.
Mereka terbiasa dengan perangkat digital dan platform media sosial, yang dapat membantu mereka beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat.
Menyikapi hal tersebut, Pimpinan cabang EWF Cirebon, Ernest Firman mengatakan, dewasa ini generasi muda tidak hanya bersaing dengan sesama rekan-rekan lokal, tetapi juga harus bersaing dengan individu-individu dari seluruh dunia.
“Krisis ekonomi, fluktuasi pasar, dan perubahan tren konsumen semuanya berdampak pada kesempatan pekerjaan dan kestabilan karir. Generasi muda harus bisa menavigasi melalui ketidakpastian ini dengan kreativitas dan ketangguhan,” ujar Ernest, Senin (3/6/2024).
Menurutnya, Gen Z telah belajar untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan, baik itu dalam hal teknologi, budaya, atau kondisi ekonomi. Mereka cenderung fleksibel dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah.
“Di tengah kemajuan teknologi dan persaingan yang semakin ketat, kreativitas menjadi modal berharga bagi Gen Z. Mereka seringkali memiliki kemampuan untuk berpikir out-of-the-box dan menemukan solusi yang inovatif untuk masalah yang dihadapi,” ucapnya.
Gen Z juga, lanjut Ernest, sangat dekat dengan keterhubungan global. Menurutnya, berkat internet dan media sosial, Gen Z terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia. Hal ini memperluas wawasan mereka tentang budaya, masalah global, dan peluang yang ada di luar lingkungan lokal mereka.
“Banyak Gen Z memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan peduli terhadap isu-isu seperti lingkungan, kesetaraan, dan hak asasi manusia. Mereka seringkali aktif dalam gerakan sosial dan mencari cara untuk membuat dampak positif dalam masyarakat,” katanya.
Di era globalisasi ini, kata Ernest, perubahan Sosial dan budaya semakin dinamis. Perubahan dalam nilai-nilai sosial dan budaya, serta tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berubah, dapat menyebabkan kebingungan identitas dan perasaan tidak aman pada remaja.
“Beberapa remaja mungkin terlibat dalam perilaku berisiko seperti penyalahgunaan zat, hubungan seksual yang tidak aman, dan perilaku kriminal, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan dan masa depan mereka,” ujarnya.
Bicara ketidakpastian masa depan, Erners mengatakan, tantangan ekonomi dan politik, seperti tingginya tingkat pengangguran atau ketidakpastian dalam hal pendidikan dan karier, dapat menciptakan kekhawatiran dan kebingungan tentang masa depan di kalangan remaja.
Ernest menjelaskan, EWF sebagai fasilitator pembelajaran menjadi enterpreunership, terbuka dalam mewadahi pemuda menjadi enterpreneurship.
“Kami membuka kesempatan bagi pemuda mewujudkan jenjang karir memberikan kesempatan bagi para Gen Z untuk memiliki bisnis dengan pendapatan tinggi dan media pembelajaran dalam ranah enterpreneurship,” tandasnya.***