CIREBON– Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sebanyak 15.241 warga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat merupakan petani milenial. Kelompok tersebut diklaim mampu mendongkrak produktivitas pertanian karena lebih melek teknologi.
Dari belasan ribu petani milenial yang ada di Kabupaten Cirebon, sebagian besar menyebar ke tiga kecamatan, yakni, Kapetakan, Susukan, dan Gegesik.
Di Kapetakan, jumlah warga usia milenial yang memilih menjadi petani sebanyak 4.066 orang. Sementara, untuk Susukan mencapai 3.767 dan Gegesik sebanyak 3.749.
Kepala BPS Kabupaten Cirebon, Judiharto Trisnadi menyebutkan, petani milenial adalah petani yang berusia 19-39 tahun. Kelompok tersebut dianggap lebih adaptif terhadap teknologi digital, dibandingkan petani dari kelompok umur lainnya.
Menurut Judiharto, petani milenial akrab dengan penggunaan alat mesin pertanian modern, teknologi informasi, hingga kecerdasan buatan (artifical intelligence).
“Dari 102.693 petani di Kabupaten Cirebon, petani milenial mewakili sebanyak 14,84%,” kata Judiharto melalui keterangan tertulis, Senin (29/1/2024).
Berdasarkan jenis kelamin, petani milenial di Kabupaten Cirebon didominasi oleh laki-laki dengan persentase 92,95%. Sementara perempuan hanya 7,75%.
Bupati Cirebon, Imron Rosyadi mengatakan, Kabupaten Cirebon berpotensi mengalami krisis pangan. Regenerasi petani harus segera dilakukan untuk mengantisipasi ancaman tersebut.
“Sebagian besar petani mulai meninggalkan lahannya karena faktor usia. Sementara, proses regenerasinya kurang berjalan. Ini salah satu ancaman besar,” kata Imron.
Selain lambannya proses regenerasi, krisis pangan pun terjadi akibat adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman penduduk atau pun lokasi industri.
Imron mengatakan, pihaknya sudah meminta kepada pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi untuk terus berupaya mempertahankan lahan pertanian di Kabupaten Cirebon.
“Kabupaten Cirebon itu salah satu lumbung padi nasional. Maka dari itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk mempertahankan hal tersebut,” kata Imron.*(Haqi)