CIREBON – Child free sempat menghebohkan dan menjadi tren di beberapa tahun kebelakang.
Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Suwarso Budi mengatakan, kebiasaan child free bukan merupakan fitrah untuk masyarakat Indonesia.
“Karena memang sebagian besar penduduk kita memiliki agama, dan salah satu cita-cita terbesar seseorang adalah meneruskan keturunan,” katanya, Senin (6/5/2024).
Dirinya menilai, tidak ada sebuah kebanggaan ketika garis keturunannya terputus.
“Secara kehidupan sosial juga kurang bagus ketika sebuah negara pertumbuhan penduduknya itu minus kita butuh produktivitas yang ditunjang sumber daya manusia yang handal,” lanjutnya.
Ia menuturkan, akan tetapi pertumbuhan penduduk juga perlu diatur, hal ini dilakukan guna menyeimbangkan penduduk.
“Jangan sampai orang lain dibayar untuk menjadi penduduk Indonesia, dan orang asli kitanya tergusur oleh pendatang,” tuturnya.
Suwarso mengungkapkan, situasi tersebut nantinya akan menimbulkan sentimen terhadap pendatang, yang berdampak kepada kerusuhan.
“Karena kebanyakan imigran ini memiliki semangat untuk survive, kalau paham seperti child free diteruskan nanti siapa yang akan melanjutkan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pada suatu fase manusia akan membutuhkan orang lain pada usia senja, dan jika seseorang menganut child free tersebut dimasa senjanya tidak akan ada yang menemani.
“Mungkin yang menganut child free tersebut terpetik saat sedang dalam masa produktif, ketika usia senja pasti menginginkan ada orang-orang terdekat agar tidak kesepian,” tutupnya.***(Sakti)