CIREBON – Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) mengadakan workshop, pelatihan, dan bimbingan teknis penulisan proposal riset lolos dalam Basis Informasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (BIMA) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek).
Kepala Lembaga Penelitian UGJ, Prof. Dr. Hj. Ida Rosnidah, SE., MM., Ak., CA., CRME., CIRR mengatakan, acara tersebut merupakan bentuk ikhtiar agar proposal yang diajukan bisa mendapatkan pendanaan dari BIMA.
“Acara ini kita lakukan karena melihat kegagalan tahun lalu, dan kita undang senior reviewer bagaimana bisa agar lolos proposal tersebut,” katanya, Jumat (5/1/2024).
Dirinya melanjutkan, pihaknya juga melakukan coaching clinic dengan membedah proposal-proposal agar mendapatkan hibah dari BIMA.
“Sebetulnya ini kegiatan rutin dari lembaga penelitian, kita dorong agar penelitian-penelitian dosen tersebut agar lolos,” lanjutnya.
Ia mengungkapkan, untuk pesertanya sendiri adalah dosen-dosen yang terdapat dari 24 program studi di UGJ.
“Harapannya sih targetnya bisa terkumpul 120 proposal yang nanti akan kita coaching clinic, dan itu semua harus lolos,” ungkapnya.
Ida mengungkapkan, jika sudah lolos proposal tersebut akan berimbas pada peningkatan cluster penelitian UGJ.
“Tujuannya untuk memenuhi harapan rektor dan ketua yayasan, dan paling tinggi agar UGJ naik peringkat,” ungkapnya.
Ia menuturkan, sebenarnya ada banyak sekali hibah proposal penelitian tapi harus sesuai dengan kriteria.
Sementara itu, Senior Reviewer Hibah Penelitian dan Pengabdian Kemdikbudristek, Prof. (Em) Dr., Sc. Agr., Ir. Didik Sulistyanto mengatakan, jika sulit mendapatkan hibah melalui jalur publikasi, bisa melalui jalur Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
“Kalau mau mendapatkan hibah tersebut, harus memperkuat kepakaran setiap dosen masing-masing,” katanya.
Ia menjelaskan, nantinya kepakaran tersebut akan dipakai untuk berkolaborasi dengan yang lain.
Dirinya melanjutkan, rektor dan seluruh civitas mendukung pada acara publikasi ataupun peningkatan kualitas dosen UGJ.
“Saya berharap semuanya dapat terus meneliti dan menuju kluster mandiri dengan rekognisi yang sangat tinggi,” lanjutnya.
Ia menuturkan, dosen harus menerima minimal satu pencapaian, contohnya satu dosen, satu HAKI.
“Paling minimal ada dalam satu tahun akademik ada satu dosen per prodi yang mencapai HAKI,” tuturnya.
Didik mengungkapkan, dalam satu tahun akademik juga minimal terdapat 5 usulan publikasi.
“Banyak skema yang bisa diambil, 5 usulan saja per program studi, jika ada 24 prodi, paling tidak ada 120 proposal untuk diusulkan pada tahun anggaran 2024,” ungkapnya.*(Sakti)