CIREBON – Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon menggelar seminar internasional yang bertajuk Cirebon Annual Multidisiplinary Internasional Conference di Fakultas Kedokteran UGJ Cirebon, Kamis (11/1/2024).
Rektor UGJ Prof. Dr. H. Achmad Faqih, S.P., M.M mengatakan, seminar internasional ini adalah rangkaian acara Dies Natalis ke-63 UGJ. Pihaknya mengundang tiga orang narasumber dari berbagai negara.
“Hari ini kita undang narasumber dari Malaysia, Thailand, danAustralia sebagai penelaah paper yang masuk ke UGJ,” katanya, Kamis (11/1/2024).
Dirinya melanjutkan, tak hanya narasumber saja, seminar ini juga menghadirkan pemakalah dari berbagai negara yaitu Perancis, Malaysia, Thailand dan Australia.
“Karena syarat menggelar seminar internasional ini harus terdapat narasumber minimal dari 4 negara yang kedua bisa menghadirkan pemakalah, dan ini ada 6 pemakalah dari luar negeri,” lanjutnya.
Ia menuturkan, seminar ini dilakukan secara hybrid ada yang datang langsung dan juga melalui daring.
“Kita targetkan 70 paper yang masuk kedalam seminar sampai saat ini ada 180 paper yang masuk, artinya respon sangat baik,” tuturnya.
Rektor mengungkapkan, tujuan dari adanya seminar tersebut adalah hasil dari kajian nantinya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Hasil penelitian atau paper tersebut merupakan hasil dari penelitian baik dosen maupun mahasiswa UGJ nantinya akan dijadikan bahan publikasi baik melalui prosiding seminar maupun jurnal-jurnal yang masuk dalam Kemendikbudristek,” ungkapnya.
Ia menuturkan, Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan tanggung jawab bersama karena SDGs tersebut merupakan tujuan pertama dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) jadi membutuhkan kerjasama dari seluruh stakeholder.
“Forum ini membahas-membahas hal demikian, kami menggagas acara ini agar semua orang sadar semua permasalahan harus ditangani secara bersama-sama,” tuturnya.
Sementara itu, Manager Pilar Pembangunan SDGs Bappenas, Rahmat Kurniawan mengapresiasi kegiatan seminar internasional UGJ.
“Kami hadir untuk menekankan peran perguruan tinggi untuk mendukung percepatan SDGs, kita targetkan di 2030 tapi di tengah jalan sendiri pencapaiannya masih jauh,” katanya.
Ia mengungkapkan, pembangunan sendiri tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja dan perlu dilakukan secara bersama-sama.
“Di kita itu ada 4 platform SDGs, yang pertama Philantrophy, Ormas, Akademia, dan Pakar, nah perguruan tinggi ini memiliki karakter berbeda dengan platform lainnya, di perguruan tinggi itu punya knowledge,” ungkapnya.
Dirinya mengatakan, perguruan tinggi juga mempunyai fast knowledge, dan memiliki kepercayaan untuk mendampingi pembangunan nasional.
“Perguruan tinggi sendiri dipercaya untuk melakukan pendampingan terhadap pembangunan,” tutupnya.*(Sakti)