CIREBON – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon menyampaikan sejumlah dampak terhadap lingkungan dari aktivitas bongkar muat dan stockpile batu bara di Pelabuhan Cirebon.
Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon, Teguh Wiyatno mengatakan, kualitas udara yang ada di Pelabuhan Cirebon sendiri sangat berbeda dengan daerah lainnya.
“Untuk titik-titik polutan yang ada di daerah sekitar pelabuhan sendiri memang lebih tinggi dibandingkan dengan titik lainnya,” katanya, Rabu (4/9/2024).
Dirinya melanjutkan, tingkat polutan yang tinggi tersebut dikarenakan adanya aktifitas kendaraan besar yang ada di kawasan Pelabuhan Cirebon, dan ditambah dengan adanya batubara.
“Kesibukan lalu lintas pada jalan nasional juga pada jam-jam tertentu, dan di situ juga ada aktifitas bongkar muat batubara terlebih ada fenomena angin kumbang yang kencang,” lanjutnya.
Ia menilai, jumlah polutan tersebut tidak berkurang walaupun melakukan bongkar muat tidak di dermaga.
“Pastinya dengan terpaan angin yang sulit diprediksi tingkat tiupannya kencang, otomatis kualitasnya lebih buruk di sekitar pelabuhan,” tuturnya.
Teguh menjelaskan, untuk timbunan sendiri pasti memiliki dampak dikarenakan terpaan angin.
“Walaupun dampaknya lebih kecil tapi tetap saja timbunan tersebut jika tertiup angin akan membawa debu batubara,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, parameter mengukur kualitas udara sendiri ada dua, yaitu kadar SO², dan juga NO².
“Untuk standar baku mutunya sendiri harus diatas 250 mikrogram permeter berdasarkan PP No. 22 tahun 2021 baru dikatakan tinggi,” ungkapnya.***(Sakti)